Profil

Home / Profil

KAWANUA dalam bahasa Minahasa sering di artikan sebagai penduduk negeri atau wanua-wanua yang bersatu atau “Mina-Esa” (Orang Minahasa). Kata KAWANUA telah diyakini berasal dari kata WANUA. Karena kata WANUA dalam bahasa Melayu Tua (Proto Melayu), diartikan sebagai wilayah pemukiman. Mungkin karena beberapa ribu tahun yang lalu, bangsa Melayu tua telah tersebar di seluruh wilayah Asia Tenggara hingga ke kepulauan pasifik. Setelah mengalami perkembangan sejarah yang cukup panjang, maka pengertian kata WANUA juga mengalami perkembangan. Tadinya kata WANUA diartikan sebagai wilayah pemukiman, kini berkembang menjadi desa, negeri bahkan dapat diartikan sebagai negara. Sementara dalam bahasa Minahasa, kata WANUA diartikan sebagai negeri atau desa.

KA-WANUA dapat diartikan sebagai TEMAN SATU NEGERI, SATU RO’ONG, satu kampung. Untuk lebih jelasnya kita ambil contoh melalui syair lagu “Marambak” (naik rumah baru)… “Watu tinuliran umbale Mal’lesok ungkoro’ ne Kawanua…” artinya batu tempat mendirikan tiang rumah baru, bersimbolisasi menepis niat jahat dan dengki dari teman satu negeri. Misalnya, batu rumah baru itu di Tombulu bersimbol menjauhkan dengki sesama warga Tombulu satu kampung, dan tidak ditujukan pada kampung atau walak lain misalnya Tondano dan Tonsea. Demikian juga cerita tua-tua Minahasa dinamakan “sisi’sile ne tou Mahasa” (buku A.L Waworuntu) dan a’ASAREN NE TOU Manhesa” artinya cerita-cerita orang Minahasa.

Tidak ditulis “A’asaren ne Kawanua” atau cerita orang Kawanua. Disini terlihat bahwa orang Minahasa di Minahasa tidak menamakan dirinya Kawanua. Orang Minahasa di Minahasa menamakan dirinya “Orang Minahasa” dan bukan “Orang Kawanua” selanjutnya baru diterangkan asal sub – etnisnya seperti, Tondano, Tontemboan, Tombatu dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa istilah KAWANUA dilahirkan oleh masyarakat orang Minahasa di luar Minahasa sebagai sebutan identitas bahwa seseorang itu berasal dari Minahasa, dalam lingkungan pergaulan mereka di masyarakat yang bukan orang Minahasa, misalnya di Makasar, Balikpapan, Surabaya, Jakarta, Salatiga, Padang, Aceh. Orang Minahasa yang sudah beberapa generasi berada di luar Minahasa menggunakan istilah KAWANUA untuk mendekatkan diri dengan daerah asal, dan walaupun sudah kawin – mawin antara suku, masih merasa dekat dengan WANUA lalu melahirkan JAWANUA, BATAKNUA, SUNDANUA, dan lain sebagainya.

(Wikipedia)